Rabu, 22 Agustus 2012

Hakikat Mudik-Pulang Kampung-Pulkam

shalat sempurna, shalat nabi, sholat nabi, shalat berjamaah, sholat berjamaah, shalat khusyu, sholat khusyu, tentang shalat, tentang sholat, bacaan shalat, bacaan sholat


Tradisi Mudik/Pulkam di saat lebaran memang Indonesia banget. Sebagian besar orang Indonesia percaya bahwa pulkam di saat momen lebaran lebih "berasa" dibandingkan pulkam pada hari-hari biasa.

Sebetulnya dalam persepsi Islam silaturahim pulkam itu boleh kapan saja. Bahkan jika pulkam bisa menjadi mudharat karena "terlalu memaksakan diri" maka tentu saja perbua

tan itu tidak dianjurkan.

Kita semua merindukan Pulkam. Bahkan Pulkam sejati kita adalah pulkam ke Akhirat untuk berjumpa dengan-Nya. Disanalah kampung halaman sejati kita.

Jangan sampai karena kita disibukkan pulkam berjumpa orang tua kita, tapi kok di perjalanan malah kita tinggalkan sholat dengan alasan macet dlsb. Dan di perjalanan pulkam pun kita lebay...., norak, sering jengkel, marah-marah, dan menzalimi pengendara lainnya, dlsb. Na'udzubillaahimindzaalik.

Ingatlah bahwa pulkam sejati kita adalah ke akhirat untuk berjumpa dengan-Nya.

Wallahu a'lam @};-



Sahabat ku ....
Pulang ke kampung SYURGA yuk!
Pake' mobil JIHAD
Yang bensinnya ISTIQOMAH
Sopirnya IKHLAS
Lewat jalan IMAN
Selalu bawa peta AL QURAN dan SUNNAH
Dan berbekal TAQWA
Sampai ketemu di SYURGA saudara/i ku

Jangan kesasar ya!
 
 

Jumat, 17 Agustus 2012

"TAQABBALALLAHU MINNAA WA MINKUM"

shalat sempurna, shalat nabi, sholat nabi, shalat berjamaah, sholat berjamaah, shalat khusyu, sholat khusyu, tentang shalat, tentang sholat, bacaan shalat, bacaan sholat

Assalamu alaikum Sahabat.

Frasa berbahasa Arab yang banyak diucapkan orang saat Idul Fitri adalah “Minal Aidin wal Faizin” diikuti dengan frasa berbahasa Indonesia "Maaf Lahir dan Batin".

Frasa ini bisa ditemui dalam kamus bahasa Indonesia, tapi tidak ditemukan dalam kamus bahasa Arab dan tidak dikenal dalam bahasa arab, kecuali dalam tema kata per kata.

Lalu apa arti "Minal Aidin wal Faizin?" "Dari orang yang kembali dan orang-orang yang menang". Kesalahan besar jika kita mengartikan "Minal Aidin wal Faizin" dengan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”.

Ucapan tsb banyak dilakukan orang saat berlebaran dan sangat populer, namun sayang TIDAK ADA DASARNYA dan TIDAK JELAS ASAL USULNYA.

Mari kita perhatikan apa yang dilakukan sahabat Rasulullah terdapat dalam Fiqhus-Sunnah [II]: 274,

Dari Zubair bin Nufair ia berkata, "Para shahabat Rasulullah Saw apabila saling bertemu satu sama lain pada hari 'Id berkata yang satu kepada lainnya,

.تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمْوَ

"TAQABBALALLAHU MINNAA WA MINKUM"

"Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT"

Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi SAW. Mereka bila kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain: "Taqabbalallahu minnaa wa minka” (Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)

Ucapan pada hari raya, di mana sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Idul Fitri:

"Taqabbalallahu minnaa wa minkum” (Ibnu Taimiyah, Majmu Al-Fatawa 24/253)

Nah Sahabat, lalu kenapa "Minal Aidzin wal Faizin?"

Renungkanlah Firman Allah:

أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ ؟

“Apakah kalian ingin mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?” (QS Al Baqarah [2]: 61)

Jadi ucapkanlah:

.تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمْوَ

"Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT"

Subhanallah! Good AFTERNOON My Friends. Have a BLISSFUL & BAROKAH Friday, August 17,  2012 Ramadan 28, 1433 H

Sabtu, 04 Agustus 2012

shalat sempurna, shalat nabi, sholat nabi, shalat berjamaah, sholat berjamaah, shalat khusyu, sholat khusyu, tentang shalat, tentang sholat, bacaan shalat, bacaan sholat


PENYAKIT ILMU,
TANDA-TANDA ULAMA AKHIRAT DAN ULAMA DUNIA

Bismillaahir rohmanir rohiim.
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu

Saudara-saudariku yang senantiasa mencari hidayah Allah ta’ala…
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah saw bersabda, “Manusia yang paling berat azabnya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya karena Allah.”

Dalam hadits lain beliau bersabda, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya, namun tidak bertambah benar jalannya, maka ia semakin jauh dari Allah.”

Ketahuilah bahwa seorang ulama yang menekuni suatu ilmu, baginya ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah binasa, dan kemungkinan kedua adalah memperoleh kebahagiaan yang kekal.

Khalid bin Ahmad berkata: Manusia terbagi pada empat macam:

1. Orang yang tahu, dan ia tahu bahwa ia mengetahui. Itulah orang yang berilmu, maka ikutilah ia.
2. orang yang tahu, tapi ia tidak tahu bahwa ia mengetahui. Itulah orang yang tertidur, maka bangunkanlah ia.
3. orang yang tidak tahu, tetapi ia tahu bahwa ia tidak mengetahui. Itulah orang yang memerlukan bimbingan, maka ajarilah ia.
4. orang yang tidak tahu, namun ia tidak tahu bahwa ia tidak mengetahui. Itulah orang bodoh. Waspadalah terhadapnya.

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Ilmu itu mengajak (pemiliknya) untuk mengamalkannya, jika ia mangiyakan, maka ilmunya bermanfaat. Namun jika tidak diamalkan, maka ilmunya akan pergi. Allah berfirman, “Dan bacalah kepada mereka berita yang Telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al-Qur’an), kemudian ia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu ..” (QS. Al-A’raf: [7]: 175)

Ulama akhirat adalah mereka yang tidak terpengaruh godaan dunia dengan mengorbankan agama, dan tidak menjual akhirat demi dunia karena mereka mengetahui kemuliaan akhirat dan kehinaan dunia. Barangsiapa tidak mengetahui perbedaan antara manfaat dan kemadharatan dunia dengan akhirat, maka ia bukanlah ulama. Dan barangsiapa yang mengingkari hal ini, maka sungguh ia telah mengingkari apa yang tertera dalam Al-Qur’an, sunnah Rasul dan Kitab-Kitab yang diturunkan Allah serta perkataan para Nabi.

Sedangkan barangsiapa yang mengetahui hal ini namun tidak mengamalkannya, maka ia telah menjadi tawanan setan. Ia telah dijerumuskan oleh hawa nafsunya dan dikalahkan oleh kesengsaraannya sendiri. Barangsiapa yang mengikuti orang seperti ini, maka ia akan binasa. Sebab bagaimana mungkin orang seperti itu disebut ulama?

Allah berkata kepada Nabi Dawud, “Serendah-rendahnya perilaku orang alim adalah jika ia lebih menyenangi syahwatnya daripada mencintai-Ku. Aku haramkan ia merasakan nikmatnya bermunajat kepada-Ku. Wahai Dawud, jangan bertanya kepada-Ku tentang orang alim yang telah dimabukkan oleh dunia sehingga ia memalingkanmu dari jalan untuk mencintai-Ku. Mereka adalah para penyamun hamba-hamba-Ku. Wahai Dawud, jika engkau melihat seorang penuntut ilmu karena diri-Ku, maka jadikanlah engkau sebagai pelayan baginya. Wahai Dawud, barangsiapa yang kembali kepada-Ku dalam kondisi menjadi pelayan bagi penuntut ilmu, maka Aku tetapkan ia sebagai mujahid. Dan barangsiapa yang sudah Aku tetapkan sebagai mujahid, maka Aku tidak akan pernah mengazabnya.”

Hasab Al-Bashri berkata, “Hukuman bagi ulama adalah matinya hati dan matinya hati disebabkan oleh mencari dunia dengan amalan akhirat.”

Umar bin Khaththab berkata, “Jika engkau menyaksikan ulama yang cinta dunia, maka tuduhlah ia atas dasar agamamu. Karena setiap orang yang mencintai, akan tenggelam pada apa yang dicintainya.”

Sementara Yahya bin Mu’adz ar-Razi berkata kepada ulama dunia, “wahai orang-orang yang berilmu, istana-istana kalian laksana istana kaisar, rumah-rumah kalian laksana rumah kisra, kendaraan-kendaraan kalian laksana kendaraan Qarun, gelas-gelas kalian laksana gelas Fir’aun, jamuan-jamuan kalian laksana jamuan jahiliah dan mazhab-mazhab kalian laksana mazhab setaniyah. Lalu dimanakah risalah Muhammad?

Mereka bersyair, “Penggembala melindungi kambingnya dari serangan serigala. Lalu bagaimana jadinya jika para penggembala memiliki serigala?”

Ada yang mengatakan, “Wahai para pembaca Al-Qur’an, wahai para pembuat garam. Rasa garam tidak akan lezat jika ia telah rusak,”

Ketahuilah bahwa sifat yang pantas bagi orang berilmu yang beragama adalah sederhana dalam hal makanan, pakaian, tempat tinggal dan segala hal yang terkait dengan kehidupan dunianya. Ia tidak condong pada kemewahan, juga tidak berlebih-lebihan menghadapi kesenangan dunia jika tidak dapat berlebih-lebihan meninggalkannya (dunia). Seyogyanya ia dapat menjaga diri dari bergaul dengan penguasa dan orang kaya – meski itu dapat dilakukannya – demi untuk menjauhi fitnah.

Sedikit tambahan lagi mengenai perihal :

KEMULIAAN AKAL YANG MENJADI SUMBER ILMU

Akal adalah sumber ilmu. Kemuliaan akal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw saw, yang pertama kali diciptakan Allah adalah akal. Lalu Allah berkata kepada akal, ‘Menghadaplah’ maka akal pun menghadap. Kemudian Allah berkata lagi, ‘berpalinglah’ maka akalpun berpaling. Lalu Allah berkata, ‘Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, Aku tidak menciptakan satu makhluk pun yang lebih mulia di sisi-Ku selain kamu. Karena kamulah Aku menghukum, karena kamulah Aku memberi, karena kamulah (manusia) diberi pahala dan karena kamulah manusia disiksa.”

Rasulullah saw berkata, “Aku bertanya kepada Jibril, ‘Apakah kemuliaan itu?’ Jibril menjawab, ‘Akal”

Hakekat akal adalah kemuliaannya. Dengan kemuliaannya, manusia dapat mengetahui berbagai informasi teoritis. Akal laksana cahaya yang dipancarkan ke dalam hati sehingga manusia mamapu memahami sesuatu. Dengan akal pula kemampuan setiap makhluk hidup berbeda sesuai dengan perbedaan instink yang dimilikinya.

Masalahnya adalah, sudahkah akal kita yang sesungguhnya di ciptakan oleh Allah ta’ala dari Alam Uluwwiy (teritinggi) ini sudah benar-benar sami’na wa atho’na kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya !?

Semoga setelah ini kita bersungguh-sungguh mewaspadainya, serta menyegerakan diri pula untuk melaksanakan sebagaimana mestinya, Allahumma aamiin..

Barakallaahu fiikum
Wassalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu

Sering Dibaca

tayangan bulan lalu