Minggu, 07 Juli 2013

♡̸̨̬̩̃̊-̶̶•-̶̶•MαяĥαЬαй γ̥αα яαmαϑĥαй ღ•**

shalat sempurna, shalat nabi, sholat nabi, shalat berjamaah, sholat berjamaah, shalat khusyu, sholat khusyu, tentang shalat, tentang sholat, bacaan shalat, bacaan sholat


Bismillahirrahmanirrahim

Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa.” (QS Al-Baqarah; 183)

Kewajiban berpuasa merupakan Anugerah yang tidak terhingga. Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya dengan panggilan kasih sayang; wahai orang-orang yang beriman. Panggilan ini hendaklah mampu menghadirkan energi positif bagi hamba-hamba Allah.

Ada empat alasan yang mengharuskan kita menyambutnya dengan jiwa positif, penuh kebanggaan dan rasa syukur, yaitu.

Pertama, IMAN adalah nikmat yang paling berharga. Tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dan tidak semua orang pula mendapatkan panggilan itu. Dengan iman, seseorang dapat mengenal Rabb-Nya, mengetahui cara mengabdi pada-Nya, memiliki orientasi jelas dalam hidup serta mendapatkan keterarahan. Nikmat iman selalu memberikan kita harapan meraih keselamatan di dunia. Segala nikmat yang ada di dunia ini tidak ada artinya tanpa iman. Dan semua akan memiliki arti dan nilai tinggi di sisi Allah swt ketika ada IMAN.

Kedua, PENYAMBUNG GENERASI PILIHAN. Allah SWT mewajibkan puasa kepada hamba-Nya terdahulu. Puasa bukan kewajiban dan tugas baru. Tugas ini telah ada sejak dulu. Di sini, kita merasa bangga karena kita mendapatkan kedudukan tinggi sebagai penerus estafet hamba-hamba pilihan. Di sisi lain, hendaklah kita tidak merasa berat hati. Sebab, tugas ini juga telah di bebankan kepada generasi-generasi pilihan sebelum kita.

Ketiga, KESEMPATAN MENJADI PRIBADI TERPILIH. Allah SWT memilih puasa sebagai salah satu sarana pembentukan untuk menjadi pribadi yang bertakwa. Allah SWT mengungkapkan ketakwaan dalam bentuk kata kerja “ tattaqun” yang menyiratkan sesuatu yang berubah-ubah, fluktuatif dan pembaruan. Artinya, ketakwaan yang diraih seseorang tidaklah seperti stempel yang melekat terus, Ketakwaan itu fluktuatif dan perlu upaya untuk terus mempertahankannya. Bahkan, meningkatkannya. Selesai Ramadhan, bukanlah titik akhir. Justru, akhir Ramadhan adalah awal bagi seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan ketakwaan dirinya.

Keempat, MEMBENTUK PRIBADI BERTAKWA. Allah SWT menerangkan tujuan itu dengan kata “la’alla (agar)”. Kata la’alla dalam Al-Qur’an, bila dinisbatkan kepada Allah swt, mengandung arti kepastian. Artinya, apabila seseorang berpuasa sesuai dengan standar yang Allah tentukan, pasti orang tersebut akan menjadi pribadi bertakwa. Ada beberapa indikator yang bisa kita gunakan untuk mengukur ketakwaan.
Allah SWT menjelaskan dalam surah Ali Imran: 133-135, Indikatornya ialah: Pertama, PRODUKTIVITAS, (orang-orang bertakwa itu produktif dalam melakukan kebaikan). Selalu mengeluarkan infak, baik di kala susah maupun senang. Kedua, IMUNITAS (memiliki daya tahan dan mampu mengendalikan diri). Ketiga, MAMPU MEREVITALISASI DIRI (ketika ia melakukan kesalahan ia segera memperbaiki diri).

Pada hakekatnya, tidak ada manusia yang tidak bersalah.
Semoga puasa Ramadhan 1432 H ini menjadi ladang keberkahan bagi diri kita. Aamiin ya Robbal’alamii

salam Positif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dibaca

tayangan bulan lalu